BAGAIMANA BISA SUKSES MENJALIN HUBUNGAN DENGAN KEDUA ORANG TUA
Kasih orangtua kepada anak tak terukur, sedangkan kasih anak kepada orangtua sepanjang galah. Pepatah yang selama ini sering terucap, mengingat lagi ketika di tayangan televisi tersiar berita ada seorang anak membunuh ayah kandung lantaran tidak diberi uang sebesar Rp. 1000,-. Sebesar itukah harga sebuah nyawa orangtua, itukah balasan untuk orangtua, setelah bertahun-tahun merawat anaknya dengan penuh kasih sayang semenjak masih dikandung hingga dewasa. Kita kadang tidak mengerti apa yang ada di pikiran orang-orang tersebut. Semoga aja artikel ini bisa memberikan pencerahan ataupun kesadaran kepada kita atas sikap dan perilaku kita kepada orangtua kita.
Berbakti Kepada Orang Tua Merupakan Amal Yang Paling Disukai ALLOH
Islam telah memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua, dan menjadikannya sebagai amal yang paling disukai Alloh Ta’ala setelah Sholat yang merupakan pilar Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat. Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu berkata, “Aku pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, apakah amal yang paling disukai Alloh Azza wa Jalla? Beliau menjawab, “Sholat pada waktunya.”
Aku bertanya lagi, “Lalu apalagi?” Beliau menjawab, “Kemudian Birrul walidain (berbakti kepada kedua orangtua).” Dalam Al-Qur’an sendiri, Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah menyandingkan perintah berbakti kepada orangtua dengan perintah untuk beribadah dan bertauhid kepada-Nya.
Alloh Azza wa jalla dan Rosul-Nya telah memberikan bimbingan ke jalan yang dapat mengantarkan kaum laki-laki menuju kesuksesan dalam berinterkasi dengan kedua orangtua dan berbakti kepada keduanya. Alloh Ta’ala berfirman,
“Dan Rabbmu telah memrintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantaranya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu berkata kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” Teringat kembali saat kita menjawab ataupun membentak orangtua ketika ada perkataan orangtua yang tidak sesuai dengan kita.
Para ulama berkata, “Orang yang paling berhak untuk dipanjatkan rasa syukur setelah syukur kepada Alloh, sang Khaliq, dan juga diperlakukan dengan baik serta ditaati adalah kedua orangtuanya.”
Para orangtua telah menanggung beban anak-anak mereka ketika masih kecil dengan harapan anaknya akan tetap bertahan hidup, namun sayang banyak anak yang yang menanggung beban kedua orangtuanya pada masa tua, mereka berharap agar keduanya segera mati. Apabila kedua orangtuanya lebih lama lagi hidup, mereka akan merasa keberatan, cepat bosan dan menunjukkan ketidaksukaan, malah terkadang ada anak yang memperlihatkan amarah kepada kedua orangtuanya.
JALAN LAIN UNTUK BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
Di antara bentuk bakti dan perbuatan baik kepada orangtua adalah tidak mencela atau mendurhakainya, karena perbuatan tersebut termasuk dosa besar. Dan itu sudah pasti, karena perbuatan tersebut termasuk dosa besar. Dan itu sudah pasti, dimana tidak ada perselisihan antar ulama di dalamnya. As-Sunnah secara tegas menyebutkan melalui sabda Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam, “Sesungguhnya di anatar dosa besar yang paling besar adalah tindakan seseorang melaknat kedua orangtuanya.”
Kemudian ditanyakan, “Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang melaknat kedua orangtuanya?” Beliau menjawab, “Seseorang mencela ayang orang lain sehingga ayahnya pun dicela. Dan dia mencela ibu orang itu sehingga orang itu mencela ibunya.”
Di antara bentuk bakti seorang anak kepada kedua orangtuanya adalah memberi nafkah kepada keduanya jika keduanya memang membutuhkan. Seorang laki-laki berkata kepada Nabi Muhammad SAW, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki harta dan juga anak, lalu ayahku sendiri menghendaki hartaku.” Beliau menjawab, “Engkau dan hartamu adalah milik ayahmu.”
Bentuk bakti kepada orangtua sepeninggal keduanya adalah menyalatkan keduanya, memohonkan ampun untuk keduanya, menjalankan amanat keduanya, memuliakan teman-temannya serta menyambung tali silahturahmi dengan teman-teman keduanya. Yang demikian itu berlaku terhadap orangtua yang mukmin. Karena Al-Qur’an telah melarang untuk memohonkan ampunan bagi orang-orang musyrik yang sudah meninggal dunia sekalipun dari kalangan kaum kerabat.
Seorang laki-laki harus mengetahui bahwa Alloh Ta’ala mengetahui apa yang ada di dalam jiwanya. Alloh Ta’ala berfirman, “Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kalian orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.”
Dengan demikian, Alloh Azza wa Jalla mengetahui apa yang ada di dalam diri seorang anak, berupa kasih sayang kepada kedua orangtua serta kelembutan kepada keduanya, atau kebalikan dari itu berupa kedurhakaan atau memperlihatkan bakti kepada keduanya sebagai riya.
Ibnu Jubair berkata, “Jika kalian orang-orang yang baik.” Yakni, jujur dan benar dalam berniat untuk berbakti kepada orangtua. Jika demikian, maka sesungguhnya Alloh Azza wa Jalla akan memberi ampunan. Dan Alloh Ta’ala menjanjikan pengampunan dengan syarat kebaikan dan niat kembali untuk berbuat taat kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Berbakti Kepada Orang Tua Merupakan Amal Yang Paling Disukai ALLOH
Islam telah memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua, dan menjadikannya sebagai amal yang paling disukai Alloh Ta’ala setelah Sholat yang merupakan pilar Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat. Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu berkata, “Aku pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, apakah amal yang paling disukai Alloh Azza wa Jalla? Beliau menjawab, “Sholat pada waktunya.”
Aku bertanya lagi, “Lalu apalagi?” Beliau menjawab, “Kemudian Birrul walidain (berbakti kepada kedua orangtua).” Dalam Al-Qur’an sendiri, Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah menyandingkan perintah berbakti kepada orangtua dengan perintah untuk beribadah dan bertauhid kepada-Nya.
Alloh Azza wa jalla dan Rosul-Nya telah memberikan bimbingan ke jalan yang dapat mengantarkan kaum laki-laki menuju kesuksesan dalam berinterkasi dengan kedua orangtua dan berbakti kepada keduanya. Alloh Ta’ala berfirman,
“Dan Rabbmu telah memrintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantaranya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu berkata kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” Teringat kembali saat kita menjawab ataupun membentak orangtua ketika ada perkataan orangtua yang tidak sesuai dengan kita.
Para ulama berkata, “Orang yang paling berhak untuk dipanjatkan rasa syukur setelah syukur kepada Alloh, sang Khaliq, dan juga diperlakukan dengan baik serta ditaati adalah kedua orangtuanya.”
Para orangtua telah menanggung beban anak-anak mereka ketika masih kecil dengan harapan anaknya akan tetap bertahan hidup, namun sayang banyak anak yang yang menanggung beban kedua orangtuanya pada masa tua, mereka berharap agar keduanya segera mati. Apabila kedua orangtuanya lebih lama lagi hidup, mereka akan merasa keberatan, cepat bosan dan menunjukkan ketidaksukaan, malah terkadang ada anak yang memperlihatkan amarah kepada kedua orangtuanya.
JALAN LAIN UNTUK BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
Di antara bentuk bakti dan perbuatan baik kepada orangtua adalah tidak mencela atau mendurhakainya, karena perbuatan tersebut termasuk dosa besar. Dan itu sudah pasti, karena perbuatan tersebut termasuk dosa besar. Dan itu sudah pasti, dimana tidak ada perselisihan antar ulama di dalamnya. As-Sunnah secara tegas menyebutkan melalui sabda Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam, “Sesungguhnya di anatar dosa besar yang paling besar adalah tindakan seseorang melaknat kedua orangtuanya.”
Kemudian ditanyakan, “Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang melaknat kedua orangtuanya?” Beliau menjawab, “Seseorang mencela ayang orang lain sehingga ayahnya pun dicela. Dan dia mencela ibu orang itu sehingga orang itu mencela ibunya.”
Di antara bentuk bakti seorang anak kepada kedua orangtuanya adalah memberi nafkah kepada keduanya jika keduanya memang membutuhkan. Seorang laki-laki berkata kepada Nabi Muhammad SAW, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki harta dan juga anak, lalu ayahku sendiri menghendaki hartaku.” Beliau menjawab, “Engkau dan hartamu adalah milik ayahmu.”
Bentuk bakti kepada orangtua sepeninggal keduanya adalah menyalatkan keduanya, memohonkan ampun untuk keduanya, menjalankan amanat keduanya, memuliakan teman-temannya serta menyambung tali silahturahmi dengan teman-teman keduanya. Yang demikian itu berlaku terhadap orangtua yang mukmin. Karena Al-Qur’an telah melarang untuk memohonkan ampunan bagi orang-orang musyrik yang sudah meninggal dunia sekalipun dari kalangan kaum kerabat.
Seorang laki-laki harus mengetahui bahwa Alloh Ta’ala mengetahui apa yang ada di dalam jiwanya. Alloh Ta’ala berfirman, “Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kalian orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.”
Dengan demikian, Alloh Azza wa Jalla mengetahui apa yang ada di dalam diri seorang anak, berupa kasih sayang kepada kedua orangtua serta kelembutan kepada keduanya, atau kebalikan dari itu berupa kedurhakaan atau memperlihatkan bakti kepada keduanya sebagai riya.
Ibnu Jubair berkata, “Jika kalian orang-orang yang baik.” Yakni, jujur dan benar dalam berniat untuk berbakti kepada orangtua. Jika demikian, maka sesungguhnya Alloh Azza wa Jalla akan memberi ampunan. Dan Alloh Ta’ala menjanjikan pengampunan dengan syarat kebaikan dan niat kembali untuk berbuat taat kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.