Banner 468x60

Entah Award yang Keberapa neh

Dah lama neh nge post award dari sobat blogger lain, sebenernya sih dah numpuk tapi kok ya nyari waktu buat posting susye bener. Ok, sekarang kita mulai bagi-bagi award buat sobat blogger yang lain

Award ini dari Blogku-007 dan Mas Herman



Award dari Rossy R & Teguh

Award dari kupu.miss.oemang


award


Award from Mas Doyok


Award from Imam

Award dari Imam77



Award dari Super PTCAward dari Mas Amrull




award ini diteruskan untuk si empu blog di bawah ini :
1. Joker
2. Gustaf
3. Morika
4. Bintang Narondang
5. Rossy R
6. Super PTC
7. Sego Pecel
8. Hitsuke
9. Gustaf
10. Bang Iwan
11. Mas Amrull
12. Mas Moer
13. Ateh75
14. Argakyo
15. Celana Saya Longgar

Silahkan untuk milih Award yang mana aja yang sobat blogger belum punya.....

Takdir Sudah Ditentukan 50.000 Tahun Sebelum Bumi & Langit Diciptakan

Seorang muslim yang bertakwa tentu memahami arti keimanan dengan baik, karena untuk mencapai derajat ketakwaan seseorang harus beriman terlebih dahulu sebagaimana salah satu perkataan Allah SWT pada ayat Al Qur’an berikut ini : “Hai orang – orang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang – orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS Al Baqarah 183)

Lalu mengapa seseorang harus bertakwa kepada Allah SWT ?
“Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya” (QS Ali Imran 123)
Jadi pada intinya Allah SWT menyuruh kaum muslimin beramal shalih setelah beriman adalah dimaksudkan agar kaum muslimin dapat bersyukur kepada-Nya terutama atas nikmat-Nya yang sangat banyak. Maka dari itu kekokohan iman seorang muslim merupakan prasyarat mutlak dalam beramal shalih, agar amal shalih tersebut dapat berbuah ketakwaan kepada Allah SWT.


Definisi iman itu sendiri dapat dilihat pada hadits shahih berikut ini, dari Umar bin Khaththab ra., bahwasanya Rasulullah SAW bersabda ketika ditanya oleh Malaikat Jibril tentang iman yaitu, “Kamu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab – kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari kiamat dan kepada takdir yang baik dan yang buruk” (HR Imam Muslim)

Salah satu cabang keimanan yang utama berdasarkan nash shahih di atas adalah bahwa beriman kepada takdir (qadar) yang Allah SWT telah tetapkan kepada setiap hamba baik itu takdir baik maupun takdir buruk. Firman Allah SWT, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di Bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya” (QS Al Hadid 22)

Dan dari ayat di atas jelas Allah SWT katakan bahwa takdir yang Allah SWT berikan kepada setiap hambanya sudah ditentukan sebelum Allah SWT menciptakan langit dan Bumi sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
“Allah telah menulis (di Lauhul Mahfuzh) segenap takdir makhluk 50.000 tahun sebelum Ia menciptakan langit dan bumi” (HR. Muslim)

Termasuk apakah ia menjadi ahli surga atau neraka, Allah SWT sudah tentukan 50.000 tahun sebelum alam semesta ini diciptakan. Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud ra., Rasulullah SAW bersabda, “Maka demi Allah, yang tiada tuhan yang haq disembah melainkan Dia, sesungguhnya seseorang diantara kamu beramal dengan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dia dan surga kecuali sehasta, namun telah terdahulu ketentuan (takdir) Tuhan atasnya, lalu ia mengerjakan perbuatan ahli neraka, maka ia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya salah seorang diantara kamu beramal dengan amalan ahli neraka sehingga tidak ada jarak antara dia dan neraka kecuali sehasta, namun telah terdahulu ketentuan (takdir) Tuhan atasnya, lalu ia beramal dengan amalan ahli surga, maka ia masuk ke dalamnya” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Pada hadits lain Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang dari kamu melainkan telah dituliskan tempat duduknya, apakah ia termasuk penduduk neraka atau penduduk surga” (HR. Imam Bukhari)
Maka dari itu Imam Abu Ja’far Ath Thahawi (239 – 321 H) pada kitabnya Al Aqidah Ath Thahawiyah yang diberi ta’liq (komentar) oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz mengatakan, “Semenjak dahulu kala Allah Ta’ala telah mengetahui berapa jumlah hamba-Nya yang akan masuk surga dan yang akan masuk neraka. Total dari jumlah itu tidak akan bertambah dan tidak akan pula berkurang”
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani memberikan komentar atas ucapan Imam Abu Ja’far Ath Thahawi ini sebagai berikut, “Nampaknya Imam Ath Thahawi merujuk kepada hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru, dia berkata, ‘Pernah suatu ketika Rasulullah SAW keluar menemui kami memegang 2 kitab … Kemudian sambil menunjuk kitab yang ada di tangan kanan, Beliau SAW berkata, Kitab ini berasal dari Tuhan Semesta Alam yang memuat nama – nama penduduk surga yang dilengkapi nama bapak – bapak dan nama – nama kabilah mereka. Kemudian Allah mengumpulkan mereka menjadi satu (dalam kitab ini). Jumlah nama – nama yang ada dalam kitab ini tidak akan bertambah maupun berkurang selama – lamanya … - hadits ini cukup panjang - … (HR. At Tirmidzi, hadits ini dishahihkan oleh Imam At Tirmidzi dan Syaikh Al Albani)’”

Namun demikian, tidak ada seorangpun tahu apakah ia menjadi ahli surga atau ahli neraka karena hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui perkara – perkara yang ghaib. Firman Allah SWT, “Katakanlah tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allah” (QS An Naml 65)
Artinya walaupun seorang manusia apakah nanti takdirnya masuk ke dalam surga atau ke dalam neraka maka ia sebagai seorang hamba Allah wajib selalu berusaha mendapatkan ampunan dari Allah Ta’ala dan selalu meminta agar dimasukan ke dalam surga-Nya, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang – orang yang bertakwa” (QS Al Imran 133)
Dan tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah SWT walaupun hanya sebentar, “Dan janganlah berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir” (QS Yusuf 87)
Juga dengan beriman kepada takdir Allah tidaklah berarti memberikan kesempatan kepada hamba untuk berdalih dengannya dalam meninggalkan perintah Allah atau melanggar apa yang dilarang-Nya. Karena Allah SWT berfirman, “Bertakwalah kepada Allah sesuai dengan kemampuanmu” (QS At Taghabun 16), yang artinya seorang hamba tidak akan dibebani kecuali sebatas kemampuannya. Dan sabda Rasulullah SAW,“Tidaklah salah seorang dari kamu melainkan telah dituliskan tempat duduknya, apakah ia termasuk penduduk neraka atau penduduk surga”.

Maka berkatalah seorang laki – laki dari kaumnya, “TidakKah (dengan demikian) kita berserah diri saja, wahai Rasulullah ?” Rasulullah SAW menjawab, “Tidak, tetapi berusahalah ! Karena masing-masing dimudahkan kepada (kententuan) penciptaannya” (HR. Imam Bukhari)

Akhirnya dapat difahami bahwa hakekat takdir adalah rahasia Allah Ta’ala yang telah ditentukan atas hambanya sebelum Allah SWT menciptakan seluruh isi langit dan Bumi dan sebagai manusia maka wajib bagi kita untuk selalu berusaha mencapai ketakwaan kepada Allah SWT, karena pada hakekatnya Allah SWT tidak membebani kewajiban yang mana kita tidak sanggup untuk memikulnya.

Dan takdir itu sendiri tidaklah diketahui oleh malaikat yang dekat dengan-Nya ataupun oleh Nabi yang diutus karena Allah SWT telah menutup ilmu takdir dari makhluk – makhluk-Nya sebagaimana firman Allah SWT dalam kitab-Nya, “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai” (Al Anbiya’ 23)

Diambil dari tulisan Abu Tauam Al Khalafy, dari berbagai sumber :
1. 40 Hadits Shahih, Imam An Nawawi, Direktorat Percetakan dan Penerbitan Departemen Agama Saudi Arabia, 1422 H.
2. Al ‘Aqidah Ath Thahawiyah, Imam Abu Ja’far Ath Thahawi, ta’liq oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, At Tibyan, Solo, Edisi Indonesia, November 2000 M.
3. Aqidah Thahawiyah, Imam Abu Ja’far Ath Thahawi, ta’liq oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Media Hidayah, Cetakan Pertama, Mei 2005 M
4. Tauhid, Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif. Direktorat Percetakan dan Penerbitan Departemen Agama Saudi Arabia, 1422 H

RAHASIA MENGAPA ALLOH MENGHAPUS PERBUATAN BURUK

Orang-orang beriman bercita-cita memperoleh keridhaan, kasih sayang, dan surga Allah. Namun, manusia diciptakan dalam keadaan lemah dan lupa sehingga manusia melakukan banyak kesalahan dan memiliki banyak kelemahan. Allah Yang Maha Mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya dan Maha Pengasih dan Penyayang memberitahukan kita bahwa Dia akan menghapus perbuatan buruk dari hamba-Nya yang ikhlas dan akan memberikan kepada mereka pemeriksaan yang mudah:

“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya dengan gembira.” (Q.s. al-Insyiqaq: 7-9).

Tentu saja Allah tidak mengubah perbuatan buruk setiap orang menjadi kebaikan. Adapun sifat orang-orang beriman yang perbuatan buruknya dihapus Allah dan diampuni-Nya diberitahukan dalam al-Qur’an.

1. Orang-orang yang Menjauhi Dosa-dosa Besar

Dalam sebuah ayat Allah menyatakan:
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kamu dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia.” (Q.s. an-Nisa’: 31).

Orang-orang yang beriman yang mengetahui fakta ini berbuat dengan sangat hati-hati dengan memperhatikan batas-batas yang ditetapkan Allah, dan mereka menghindari hal-hal yang dilarang. Jika mereka melakukan kesalahan karena kealpaannya, mereka segera berpaling kepada Allah, bertobat, dan memohon ampunan.

Allah memberitahukan kita dalam al-Qur’an tentang hamba-hamba-Nya yang tobatnya akan diterima. Dalam hal ini, jika kita mengetahui perintah Allah, namun dengan sengaja kita melakukan dosa dan berkata, “Tidak apa-apa, apa pun yang terjadi saya akan diampuni.”

Perkataan ini benar-benar menunjukkan cara berpikir yang salah, karena Allah mengampuni perbuatan dosa hamba-hamba-Nya yang dilakukan karena kealpaan dan ia segera bertobat dan tidak berniat mengulanginya lagi:
“Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran ketidaktahuan, yang kemudian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima tobatnya oleh Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya bertobat sekarang.’ Dan tidak pula orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (Q.s. an-Nisa’: 17-8).

Sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, menjauhi perbuatan dosa dengan sungguh-sungguh sangatlah penting jika seseorang ingin perbuatan-perbuatan buruknya dihapuskan, dan jika tidak menginginkan penyesalan pada hari pengadilan kelak. Dalam pada itu, seorang beriman yang melakukan suatu dosa, hendaknya secepatnya memohon ampun kepada Allah.

2. Orang-orang yang Sibuk Mengerjakan Amal Saleh

Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa Dia akan menutupi perbuatan buruk orang-orang yang beramal saleh. Sebagian dari ayat-ayat yang membicarakan masalah ini adalah sebagai berikut:
“Pada hari ketika Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, itulah hari ditampakkannya kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang besar.” (Q.s. at-Taghabun: 9).

“Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh, maka mereka itu kejahatan mereka diganti dengan Allah dengan kebajikan. Dan Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.s. al-Furqan: 70).

Setiap perbuatan dan semua tindakan yang dilakukan untuk mencari karunia Allah adalah “amal saleh”. Misalnya, perbuatan seperti menyampaikan perintah agama Allah kepada manusia, memperingatkan seseorang yang tidak mau bertawakal kepada Allah atas takdirnya, menjauhi seseorang dari menggunjing, memelihara rumah dan badan agar tetap bersih, memperluas wawasan dengan membaca dan belajar, berbicara dengan sopan, mengingatkan orang tentang akhirat, merawat orang sakit, menunjukkan perasaan cinta dan kasih sayang kepada yang lebih tua, mencari nafkah dengan cara yang halal sehingga hasilnya dapat digunakan untuk kemanfaatan orang lain, mencegah kejahatan dengan kebaikan dan kesabaran, semua itu merupakan amal saleh jika dilakukan untuk mencari keridhaan Allah.

Orang-orang yang menginginkan agar kesalahannya diampuni dan diganti dengan kebaikan di akhirat, hendaknya selalu melakukan perbuatan yang sangat diridhai Allah. Untuk tujuan itu, hendaknya kita selalu ingat perhitungan pada Hari Pengadilan. Tentunya menjadi jelas bagaimanakah seseorang seharusnya berbuat, misalnya jika ia diletakkan di depan api neraka, kemudian kepadanya diperlihatkan perbuatan-perbuatan buruknya yang telah ia kerjakan semasa hidupnya, kemudian diingatkan bahwa ia seharusnya berbuat benar agar diampuni. Seseorang yang melihat api neraka, yang mendengar keputusasaan, penyesalan, dan keluh kesah para penghuni neraka yang mengalami siksaan yang pedih, dan yang menyaksikan siksa neraka dengan matanya, tentu saja akan melakukan perbuatan yang sangat diridhai Allah dan akan berusaha dengan sekuat tenaganya.

Orang ini akan mengerjakan shalat tepat pada waktunya, melakukan amal saleh, tidak akan pernah lalai, tidak pernah berani melakukan perbuatan yang kurang diridhai Allah, jika ia mengetahui bahwa ada perbuatan lainnya yang lebih diridhai-Nya. Karena neraka yang ada di sisinya akan selalu mengingatkannya tentang kehidupan yang kekal abadi dan siksaan Allah. Ia akan segera melakukan apa yang diperintahkan oleh hati nuraninya. Ia akan berhati-hati dalam menjaga shalatnya.

Sehingga, dalam kehidupan di dunia ini, perbuatan buruk bagi orang-orang yang melakukan amal saleh, takut kepada Allah dan hari pengadilan, bagaikan orang yang melihat neraka lalu dikembalikan ke dunia, atau bagaikan mereka selalu melihat api neraka di sisinya sehingga ia segera melakukan kebaikan. Orang-orang yang beriman ini merasa yakin tentang akhirat dan mereka sangat takut dengan azab Allah dan berusaha menjauhinya.

Pagerank ku.......

Setelah beberapa hari sibuk ber-weekend-an and ga blogwalking ke blog sobat-sobat blogger, baru hari ini bisa blogging. Dan secara ga sadar ngeliat kalo pagerank ku pecah telor jadi 2. Wow...... ga nyangka banget deh, setelah perjuangan berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, tapi ga nyampe bertahun-tahun blogwalking ke tetangga, sahabat, dll.

Jadi tambah semangat buat blogging lagi, setelah sebelumnya uda ampir bosan dengan ngurusin blog. Well sekarang tuh pagerank musti dipertahanin, kalau bisa ditingkatin yak. Bantuin yak friends.....

Daya Tahan Cinta Hanya 4 Tahun Saja


Judul di atas diambil dari satu buku berjudul “Ya Alloh, Aku jatuh Cinta!”, judul yang menggelitik otak dan pikiran saya. Kemudian muncul tanda seru, koma, titik, bahkan tanda tanya “ Benarkah demikian??”

Well, kita bahas deh inti dari isi buku itu.
Cinta itu tidak “abadi”, Wow…… suatu pernyataan yang mencengangkan yak, setelah selama ini kita selalu disuguhi cerita cinta yang menggetarkan hati, bahkan bahkan bertahan sampai berabad-abad kemudian.
Kesimpulan yang amat sangat kontroversial ini ditemukan oleh seorang antropolog asal AS, Helen fischer, setelah melakukan penelitian bertahun-tahun. Apakah ini didasarkan oleh pengalaman pribadinya yang menyakitkan?? Entahlah. Kita lihat saja nanti. Lanjuut…..

Bisakah cinta bisa diutak-atik seanalitis itu, bahkan dengan membuat rumus-rumus kimia dan social? Padahal bagi sebagian orang cinta bisa dikatakan identik dengan sebuah benda yang misterius, bahkan terkadang kedatangannya tidak direncana. Meski cinta bisa dirasakan, kono sangat tidak mudah dimengerti. Cinta bisa meluapkan kebahagiaan sekaligus kesengsaraan. Bisa menciptakan kebebasan namun tak urung juga bisa membuat manusia bagaikan seorang tawanan. Hmmm Cinta…

So, kalau memang cinta bisa diteliti secara alamiah, apa to sebenarnya cinta itu??

Teori tentang cinta pernah populer sekitar 5 hingga 6 tahun yang lalu. Tepatnya sih ketika pendekatan ilmu faal yang membedah tubuh manusia menjadi populer. Selanjutnya, teori ini berkembang dan mulai dihubung-hubungkan dengan bidang ilmu lainnya. Belakangan, ada juga teori cinta dengan pendekatan bioneurologi yang melihat, membandingkan, dan mengamati struktur otak orang gila misalnya, atau psikofisiologi yang mempelajari kaitan antara perilaku manusia dan pengaruh hormon pada tubuhnya. Cinta sama dengan emosi. Emosi biasanya ditentukan oleh sejumlah hormon (terutama dalam siklus menstruasi), maka hal yang sama juga berlaku dalam proses jatuh cinta. Terutama ketika terjadi cinta pada pandangan pertama, ada getaran dalam tubuh. Tapi, apakah iya, gelora cinta semata-mata ditentukan oleh hormon dalam tubuh?

Diane Lie – seorang psikolog sekaligus peneliti ulet pada sebuah universitas di Beijing menuturkan, bahwa meskipun urusan cinta bisa dijelaskan secara kimiawi, namun rasa cinta tidak semata-mata hanya ditentukan oleh aktivitas hormon, dan manusia tidak berdaya mengatasinya. Juga tidak selalu berarti bila kadar hormon berkurang, maka rasa cintapun semakin berkurang.

Memang pemacu gelora cinta (PEA) tadi, memiliki pengaruh kerja yang tidak tahan lama. Hormon yang secara ilmiah mempunyai kesamaan dengan amfetamin ini, hanya efektif bekerja selama 2-3 tahun saja. Lama kelamaan, tubuh pun bagaikan imun alias kebal terhadap pemacu gelora tersebut.

Masih menurut Diane, proses ‘fal in love’ itu tidak serta merta hanya dipengaruhi hormon dengan reaksi kimiawinya. Terutama dalam proses pacaran hingga menikah, banyak faktor social lainnya yang ikut menentukan. Contoh kecil saja pada proses jatuh cinta versi Witing Tresno Jalaran Seko Kulino (tumbuh cinta karena terbiasa/pertemuan berulang-ulang). Demikian ketika kita marah dan ingin membentak seseorang, hormon memang mempunyai pengaruh khusus, tapi ada faktor lain yang ikut menentukan.

Manusia adalah makhluk yang unik dan kompleks tentunya. Jika proses reaksi kimia terjadi pada hewan, barulah teori Helen Fiscer yang disebut four years itch bisa dimentahkan.

Intinya, teori PEA dilandaskan pada pendekatan ilmu eksakta, sedangkan teori four years itch-nya Fischer ini lebih menggunakan pendekatan social.

Fischer, yang juga penulis buku “Anatomy of Love” menemukan bahwa kasus perceraian mencapai puncaknya ketika usia perkawinan mencapai usia empat tahun. Kalaupun masa empat tahun itu terlalui, katanya, kemungkinan berkat hadirnya anak kedua. Kondisi ini membuat pernikahan mereka bisa bertahan hingga lebih dari empat tahun.

Ok, sekarang kita coba main hitung-hitungan. Misalnya, masa pacaran telah dilalui tiga tahun, berarti kesempatan untuk bisa mempertahankan gelora cinta hanya ada di tahun pertama perkawinan. Oh tidak…….
Lalu apa yang akan terjadi setelah tahun kedua, ketiga dan seterusnya. Cuma ada sisa-sisanya atau bahkan hilang tak berbekas? Lantas bagaimana dengan mereka yang berhasil melewati masa pacaran lebih dari enam tahun?

Menurut pandangan Diane, dalam hubungan suami istri ataupun pacaran, selain cinta, ada hubungan lain yang sifatnya friendship, pertemanan. Seandainya setelah beberapa waktu cinta itu menipis-karena tersisihkan hal-hal lain, misalnya karena rutinitas yang itu-itu juga, lalu segalanya berubah menjadi begitu membosankan.

Kakek-nenek dapat hidup rukun sampai mereka berusia lanjut juga karena senyawa kimia. Namanya Oksitosin. Menurut penelitian, kesetiaan pada pasangan berhubungan dengan kadar oksitosin yang tinggi. Kadar ini dapat ditingkatkan dengan cara masing-masing dari pasangan yang berusaha saling menyayang, walau kadang pasangannya menjengkelkan. Itu barangkali inti nasehat orang tua “cinta tumbuh karena biasa”.

Well setelah membaca pembahasan ini, bagaimana menurut sobat blogger???